New Balance 570 All Terrain Review

Sebelum dipensiunkan saya ingin memberikan penghormatan kepada sepatu New Balance 570 All Terrain dengan menuliskan sedikit review. Sudah 3 tahun sepatu ini menemani saya bermain-main. Semeru, Gede Pangrango (2 kali), Krakatau, Sawal dan yang terakhir Merbabu. Dalam penggunaannya, selain dipakai untuk kegiatan outdoor, sepatu ini juga saya gunakan untuk kegiatan harian misalnya ke kantor atau sekedar jalan-jalan keliling kota.

Kelebihan New Balance tipe ini terletak  di durability. Dalam kurun waktu tiga tahun, tidak ada tanda-tanda sepatu ini akan copot solnya. Namun untuk keamanan, sebelum naik ke Merbabu (November 2012), kebetulan saat itu musim hujan, akhirnya saya jahit outsole-nya untuk menimimalisir terlepas pada saat pendakian. Untuk grip menurut saya tidak ada kekurangan. Mantap di batu, pasir, tanah kering maupun basah, kerikir, semuanya lewat.

New Balance 570 All Terrain 1

Yang menjadi masalah adalah outsole yang keras, jadi saat turun Semeru dari Pos 1 jalanannya adalah paving block. Saya merasakan sepatu ini tidak bersuspensi. Hentakannya sangat terasa apalagi dengan kaki yang lelah setelah berjalan selama 2 hari. Namun berbeda saat yang diinjak medan berpasir atau tanah, hentakan tidak begitu terasa. Hasilnya, saya terpincang-pincang sampai di Ranu Pane. Solusi untuk ini mungkin bisa membeli aksesoris insole tambahan di toko sepatu, sehingga ada penahan di tapak kaki dan guncangan dapat diredam. Rekomendasi saya coba Spenco Insole.

Dengan berat hanya 340 gr, sepatu ini termasuk  ringan untuk ukuran outdoor. Sepatu yang ringan tidak akan membuat kaki cepat lelah. Bahannya pun semacam textile, breathability-nya berjalan dengan baik. Kaki tidak gerah karena masih ada angin yang bisa keluar masuk. Kelebihan lainnya, tali sepatu tidak mudah copot, dalam sebuah perjalanan saya jarang berhenti hanya untuk membetulkan tali sepatu. Harga pun cukup ditebus dengan Rp.275.000 pada tahun 2010.

New Balance 570 All TerrainDimana ada kelebihan disitu ada kekurangan. Salah satu kelemahan yang jelas adalah sepatu ini tidak waterproof. Sehingga saat hujan deras, air akan merembes ke bagian dalam. Sepatu dengan bentuk low cut juga mudah kemasukan pasir atau kerikil saat medan yang dilewati pasir seperti trek Kalimati – Mahameru. Namun hal ini masih bisa diminimalisir dengan menggunakan gaiter. Kedepannya mungkin bisa dikembangkan untuk menutupi kekurangan yang ada sekarang seperti insole yang menggunakan teknologi ortholite sehingga kaki tetap empuk, menambahkan membran waterproof untuk mengurangi rembesnya air ke dalam sepatu, dan yang terakhir mungkin bisa dibuat seri midcut-nya sehingga bisa mengurangi cendera engkel.

Over all, dengan harga terjangkau performa sepatu ini cukup memuaskan.

Leave a comment